Resensi Novel Sang Pemimpi


Identitas buku :

Judul : Sang Pemimpi

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang Pusaka

Tahun terbit : Juli 2006

Tebal buku: viii + 248 halaman

ISBN: 978-979-1227-81-0.


Sinopsis :

Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi ini menceritakan tentang kehidupan tiga orang pemuda bernama Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh lika-liku demi mencapai impiannya.

Ikal adalah tokoh utama cerita ini, lelaki penyuka lari sprint ini adalah salah satu anggota dari laskar pelangi, ayahnya bekerja sebagai buruh di PN Timah yang sewaktu itu hampir kolaps. 

Lalu ada Arai, dia adalah sepupu jauh Ikal. Sewaktu ia kelas satu SD ibunya meninggal dunia saat melahirkan adiknya, lalu saat kelas tiga SD ayahnya pun juga meninggal dunia. Arai kemudian menjadi yatim piatu. Ia diberi gelar Simpai Keramat karena dia satu-satunya yang tersisa dari keturunannya. Arai lalu diasuh oleh keluarga Ikal.

Selain Ikal dan Arai, terdapat satu tokoh lain yang membangun cerita ini yaitu Jimbron, cerita hidupnya sama menyedihkan dengan Arai. Lelaki gagap berwajah bayi dan bertumbuh gempal itu kehilangan ibunya saat ia kelas empat SD. Selang 40 hari setelah kematian ibunya, ayahnya terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Ia lalu diasuh oleh pendeta Geovanny.

Setelah tamat SMP, mereka bertiga melanjutkan sekolah ke SMA Negeri Bukan Main yang terletak berpuluh kilometer dari rumah sehingga mereka harus menyewa sebuah los sempit di dekat dermaga dan pulang ke rumah orang tua setiap dua minggu sekali. 

Karena keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan, ketiganya mau tidak mau harus bekerja sembilan saat sekolah. Dengan tekad kuat untuk terus sekolah setinggi mungkin, Mereka bekerja sebagai kuli ngambat. Kuli ngambat adalah sebutan untuk seseorang yang kerjanya mengangkut ikan-ikan hasil tangkapan nelayan untuk dibawa ke pasar. Setiap pukul dua pagi, berbekal sebatang bambu, mereka memikul berbagai ikan yang harus sudah tersaji di meja pasar sebelum pukul lima. Dengan berpegang teguh pada mimpi-mimpi, mereka bertiga tak pernah menyerah dalam menjalani kehidupan yang sulit. 

Drs. Julian Ichsan Balia atau biasa disebut pak Balia, kepala sekolah sekaligus guru kesastraan SMA Negeri tempat mereka belajar ini adalah seseorang yang menginspirasi ketiganya untuk tak pernah berhenti bermimpi setinggi mungkin. 

"Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!"

"Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis, Langkahkan kakimu di atas altar suci almameter terhebat tiada tara: Sorbonne.."

Kata-kata pak Balia itu berhasil menyihir Ikal, Arai, dan Jimbron. Sejak saat itu, mereka bercita-cita agar bisa sekolah di Sorbonne dan menjelajah Eropa sampai Afrika. Begitu tinggi cita-cita mereka. Maka pontang-panting mereka membanting tulang untuk menabung. Mereka melakukan pekerjaan 2x lipat dari biasanya dan mengumpulkan rupiah demi rupiah. Hingga pada akhirnya hanya Ikal dan Arai berhasil melanjutkan sekolah ke Jawa sedangkan Jimbron memilih tidak meneruskan sekolahnya dan tetap tinggal di Belitong.

Sejak awal Jimbron sadar akan kemampuannya, ia tau bahwa Ikal dan Arai merupakan bagian dari siswa terpandai di sekolah, sedangkan dirinya tidak begitu. Oleh karena itu, ia membeli dua tabungan berbentuk kuda dan mengisi keduanya dengan sama rata. Saat keberangkatan Ikal dan Arai, Jimbron memberikan kedua tabungan itu pada mereka. Ia menitipkan mimpinya pada kedua sahabatnya.

Sesampai di Jawa, masih banyak sekali rintangan yang dihadapi. Ikal lalu melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia seraya bekerja menjadi tukang sortir di kantor pos, sedangkan Arai merantau ke Kalimantan. Mereka terpisah dan tidak tau kabar satu sama lain. Kedua sahabat itu bertemu kembali saat wawancara penerima beasiswa S2 Uni Eropa.

Seraya menunggu pengumuman penerima beasiswa, keduanya memilih pulang kampung. Hingga suatu hari datang surat ke rumah mereka. Arai duduk seraya memegang foto kedua orang tuanya yang telah tiada pun Ikal duduk bersama kedua orang tuanya. Isak haru tak bisa dipungkiri ketika mereka dinyatakan lulus sebagai mahasiswa di Universitas Sorbonne. Mimpi-mimpi mereka telah dijabah, dua pemuda miskin dari kepulauan belitong itu mampu membuktikan bahwa tak apa untuk bermimpi setinggi mungkin karena tuhan akan selalu mendengarnya dan jika telah tiba waktunya, maka impian itu akan menjadi nyata.

Kelebihan :

Banyak sekali kelebihan yang terdapat pada novel ini seperti keindahan bahasa yang digunakan sehingga mampu membuat pembaca merasa seolah ikut masuk ke dalam novel tersebut, selain itu konflik yang disajikan juga relate dengan kehidupan anak muda, seperti disaat Ikal menyadari realita dan mulai kehilangan semangatnya. Novel karya Andrea Hirata ini juga mengandung berbagai pesan moral dan motivasi kepada anak muda, seperti terus berusaha dan tidak pernah menyerah dalam meraih impian

Kekurangan :

Tidak terdapat kekurangan yang spesifik dalam novel Sang Pemimpi ini karena semuanya hampir sempurna, mulai dari segi  bahasa, alur cerita, dan pembangunan setiap karakter dalam cerita. Novel ini sangat cocok untuk para pembaca yang haus akan novel bermutu. 

Penutup :

Novel ini cocok dibaca untuk semua kalangan terlebih lagi para pemuda karena novel ini berisi nilai-nilai positif seperti pantang menyerah dan berani bermimpi setinggi mungkin. 


Komentar

Posting Komentar